
Tak terasa puluhan tahun berjalan, semenjak ayah meningal. kini aku ingat kembali dan merindukan ayah seandai nya waktu dapat diulang kembali aku ingin senantiasa bersama ayah. begitu lah perasaan ku saat ini, disaat ku buat catatan kecil tentang ayah berharap agar hati tak lagi gundah. dulu waktu aku masih kecil sedikit yang dapat aku ingat tentang ayah tapi ibu sering crita seputar kepribadian ayah, dan setidak nya dapat membatu ku untuk sedikit ingat akan kenangan masa lalu bersama ayah tercinta. waktu itu kami tinggal bersama sebagai kluarga yang utuh dan aku adalah anak ke dua dari tiga bersaudara, kakak perempuan ku nama nya Nuriati Urip, sedang kan adik perempuan ku saat itu masih kecil bernama Wini, dan kami tingal jauh dari kampung maklum sebagai anak petani yang hidup pas-pasan yang membuat kedua orang tua ku untuk memilih tingal dipondok ditengah-tengah ladang tepat nya di hutan blantara karem disana lah harapan kami mencari nafkah sekaligus sumber mata pencarian. pada saat ayah dan ibu sibuk bekerja kadang aku bersama kakak pergi kekampung untuk belanja kebutuhan dapur, mungkin waktu itu usiaku kira-kira tujuh tahun sehinga kalau mau jalan aku harus minta duluan kalau di belakang pasti aku akan nagis dengan jarak tempuh perjalanan kurang lebih empat kilo meter ditengah tengah hutan blantara wajar kalu aku sering merasa takut. bahkan waktu itu aku tergolong anak yang manja bisa kalau kami pulang kampung bersama ayah dan ibu aku selalu minta gendong sama ayah dan aku pun senang karna kalau ayah yang gendog pasti aku di taruh di pundak nya kayak orang naik kuda gitu.
Post a Comment