
Tempat tingal kami setiap tahunnya berpindah-pindah, dari ladang yang satunya ke ladang yang lainnya walau pun waktu itu hidup kami seadanya, ayah adalah termasuk orang yang di segani dikampung karna keuletan nya dalam membangun relasi antar sesama warga masyarakat beliau mampu menjadi pemuka masyarakat, panutan dan menjadi seorang pengajar PBH (Nama Sekolah Jaman itu) khusus bagi mereka yang buta huruf atas didikan nya itu banyak warga yang bisa membaca dan menulis, namaun sayang pasca berpindah nya kami beladang di tempat lain di hutan panariunk yang tidak lama setelah itu ayah sering sakit-sakitan, hinga lama kelamaan penyakit ayah semakin parah. banyak cara pengobatan telah di tempuh namun semua nya seakan sia-sia karna itu lah akhir nya mama memutuskan untuk tingal kembali ke kampung supaya lebih mudah merawat penyakit ayah, Tuhan kaya nya berkehendak lain setelah menderita cukup lama ayah akhirnya mengembuskan napas trahirnya.
Duka pamjang menyelimuti kehidupan keluarga ku, pasca meningal nya sosok ayah yang sangagat baik yang aku sayangi dan ku kasihi. bergitu pun ibu merasa sangat kehilangan sekali karna kasih sayangnya yang teramat dalam kepada ayah, kini kami hidup berempat saja di rumah sederhana buatan ayah, aku, ibu, kakak dan adik apa lagi usia ku saat itu masih seumur jagung terutama adik perempuan ku wini yang masih bayi kami masih sama-sama belum mengerti akan kesulitan ibu akan tangung jawabnya dalam mencari nafkah demi kelangsungan hidup keluarga kami namaun ibu tak patah semangat beliau berkerja banting tulang demi kelangsungan hidup kami sekeluarga.
hari demi hari terus berganti kini saatnya kami tingal bersama dirumah kakek dan nenek di mongo kampung damar, kakek meminta ibu untuk pindah di rumahnya wlalu pun di rumah kakek dan nenek masih ada paman, bibi dan keluarga nya yang ikut tingal di rumah itu. namaun karna kesulitan ekonomi dan sebagainya ibu pun memutuskan untuk tingal disana supaya kami aku kakak dan adik dapat tingal di rumah sementara ibu lebih leluasa berkerja mencari nafkah.
Sosok Ibu yang pekerja keras pantang menyerah dan tak pernah mengeluh, walau dalam kondisi apa pun membuat aku merasa terharu. klak aku akan berusaha menyenangkan hati ibu aku akan menjadi anak yang berbakti dan akan membuktikan kalau aku juga mampu seperti Ayah dan Ibu yang dalam kesederhanaan hidup pas-pasan tak membuat mereka putus asa, mereka hidup penuh cinta dan kasih sayang. menurut saya sosok Ibu adalah orang yang sangat setia walau di usia nya yang masih muda waktu itu pasca di tingal ayah ia tak pernah memikirkan untuk menikah lagi, ada juga alasan ibu kenapa ia tak mau menikah lagi yang aku dengar karna ibu tak ingin kami anak-anaknya menderita. beliau kuatir kalu kami tak akan mendapatkan kasih sayang yang tulus dari seorang ayah tiri.
Suka duka tinggal di rumah Kakek
dan Nenek merupakan tantangan baru yang kami hadapi, maklim saat itu kami hidup
kumpul bersama paman, tante dan bibi bersama anak-anak bibi yang juga masih
seusia ku. terutama antara Ibu dan Bibi sering sekali terjadi kesalahpahaman
yang akirnya menimbulkan pentekaran, sering aku dapati ibu menagis sendiri di
dalam kamarnya, namaun karna aku yang saat itu masih belum bergitu mengerti
persoalan orang dewasa hanya bisa diam saja dan pada dasarnya aku tak pernah
pengen tau apa persoalannya sehingga membuat
ibu bersedih. kendati persoalan-demi persoalan muncul antara ibu dan bibi tapai
antara paman, tante dan kami dengan anak-anak bibi atau saudara sepupu kami
sangat akur.
kini usia ku semakin bertambah,
tampa terasa aku sudah genap berusia lima belas tahun yang pada saat itu pula
aku ingat kalau tante mendapat lamaran dari seseorang lelaki pujaan nya dan
akhirnya menikah. tante pun kemudian tinggal dirumah suaminya di Dusun Tareng
kampung sebelah yang kurang lebih berjarak tiga kilo meter dari kampung Damar
tempat kami tinggal. selang beberapa tahun kemudian Bibi dan Anak-anaknya
pindah rumah, bagi saya rumah Kakek dan Nenek waktu itu tersasa sepi, tapi
apapun keadaannya mungin itu lah yang harus terjadi memang terkadang ada saat
nya bersama dan ada pula saatnya berpisah dan pasti itu pula yang terbaik.
setidaknya dengan berpindah nya Bibi dapat menguranggi beban persoalan yang di
hadapi Ibu, semantara memang kakek dan nenek berharap agar kami tetap tinggal
di rumahnya untuk membantu paman mengurus pekerjaan rumah dan ladang yang dibuatnya,
mengingat kakek dan nenek juga sudah semakin tua. tentu tenaga ibu sangat
dibutuhkan sekali dalam mengurus segala sesuatunya terutama dalam mengurus
pekerjaan rumah bersama kakak, terkadang aku juga sesekali ikut
membantu apa yang diperintahkan ibu untuk dikerjakan. aku senang karna sekarang
ibu semakin bersemangat paling tidak aku tak pernah melihat ibu bersedih dan
menagis seperti saat itu. apa pun yang diharapkan ibu, aku ingin ibu bisa
ceria dan menjadi ibu yang seperti dulu lagi disaat almahum Ayah masih ada.
Sebagai anak yang masih belia aku sangat berharap suatu saat aku bisa membuktikan kepada ibu bahwa aku bisa seperti pigur almahum ayah, yang selalu berusaha dan bekerja keras tampa kenal lelah menghidupi kami sekeluarga, dan akan senantiasa membantu ibu dan kakak dalam bekerja. apa pun hambatannya baik dulu ataupun sekarang bagi saya ibu adalah segalanya dan keluarga adalah hidup dan mati ku yang akan senantiasa ku kenang selama-lamanya.
Sumber Gambar : www.sumintar.com
Sebagai anak yang masih belia aku sangat berharap suatu saat aku bisa membuktikan kepada ibu bahwa aku bisa seperti pigur almahum ayah, yang selalu berusaha dan bekerja keras tampa kenal lelah menghidupi kami sekeluarga, dan akan senantiasa membantu ibu dan kakak dalam bekerja. apa pun hambatannya baik dulu ataupun sekarang bagi saya ibu adalah segalanya dan keluarga adalah hidup dan mati ku yang akan senantiasa ku kenang selama-lamanya.
Sumber Gambar : www.sumintar.com